KETERAMPILAN
MEMBERI PENGUATAN
I.
PENGERTIAN
Pernahkah
Anda memberikan apresiasi dengan mengatakan “Yah, sebuah pemikiran yang brilian
dalam diskusi kita ini, hebat!!”, memberikan isyarat acungan jempol kepada
peserta didik yang mempunyai ide cemerlang dalam sebuah diskusi atau memberikan
aplaus dengan tepuk tangan setelah seorang peserta didik selesai
mempresentasikan makalahnya di kelas? Kalau pernah, berarti Anda telah
melakukan proses yang disebut penguatan dalam pembelajaran.
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka yang dimaksud dengan penguatan di sini adalah suatu
bentuk penghargaan terhadap suatu perilaku baik/positif yang dilakukan agar
merangsang siswa tersebut melakukan atau mengulangi perbuatan yang baik
tersebut. Dengan penguatan diharapkan akan muncul motivasi meningkatkan diri
bagi yang diberi penguatan serta mendorong orang lain di sekitarnya melakukan
hal yang sama atau lebih baik lagi.
Memberikan
penguatan ini kelihatannya sangat sederhana, namun mempunyai pengaruh yang
sangat penting bagi siswa. Bayangkan seandainya siswa telah berusaha untuk
menunjukkan pekerjaan yang baik, akan tetapi guru bersikap acuh tanpa memberi
komentar apapun, dapat membuat siswa patah semangat. Penghargaan dari guru
sebenarnya tidak berat, cukup dengan anggukan, senyuman, pujian atau bahkan
acungan ibu jari, namun kenyataannya masih banyak yang tidak melakukannya.
II. TUJUAN
PEMBERIAN PENGUATAN
Pemberian
penguatan tidak hanya untuk memberikan motivasi, tapi juga mempunyai tujuan
lain. Paling tidak ada lima tujuan dalam hal pemberian penguatan, yaitu:
a. Penguatan
dapat meningkatkan perhatian peserta didik pada pelajaran yang diajarkan
b. Penguatan
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik
c. Memudahkan
peserta didik untuk belajar
d. Mengurangi
tingkah laku yang negatif serta membina tingkah laku positif pada diri peserta
didik
e. Menumbuhkan
rasa percaya diri dalam diri siswa
III. KOMPONEN
PENGUATAN
Komponen
Pemberian Penguatan terbagi atas 3 hal, yaitu:
1. Penguatan
Verbal
Penguatan termudah yang dapat dilakukan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru
setelah siswa “dapat” melakukan sesuatu adalah Penguatan secara Verbal.
Biasanya penguatan ini diutarakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat pujian,
penghargaan, pengakuan, dorongan, dan persetujuan dan sebagainya.
Contoh
kata-kata Penguatan Verbal antara lain:
-
Bagus, luar
biasa, baik, pintar, ya, benar, tepat sekali.
2.
Penguatan Non-Verbal
Penguatan non-verbal adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap peserta didik
selain menggunakan lisan, dalam hal ini dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penguatan non verbal
diberikan dengan cara berikut ini:
a.
Mimik dan gerakan badan
Penguatan ini dapat diberikan guru dengan cara tersenyum, anggukan, tepukan tangan, acungan jempol, atau gelengan kepala. Dan dapat pula dilakukan secara bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, ketika mengucapkan kata “bagus” guru tersenyum sambil mengacungkan jempol.
Penguatan ini dapat diberikan guru dengan cara tersenyum, anggukan, tepukan tangan, acungan jempol, atau gelengan kepala. Dan dapat pula dilakukan secara bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, ketika mengucapkan kata “bagus” guru tersenyum sambil mengacungkan jempol.
b.
Gerak mendekati
Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, memperlihatkan rasa senang dan puas akan pekerjaan siswa, dan memberikan rasa aman kepada siswa. Penguatan ini juga dapat dilakukan bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, saat guru mengucapkan kata-kata penguatan, guru mendekati siswa atau kelompok siswa.
Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, memperlihatkan rasa senang dan puas akan pekerjaan siswa, dan memberikan rasa aman kepada siswa. Penguatan ini juga dapat dilakukan bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya, saat guru mengucapkan kata-kata penguatan, guru mendekati siswa atau kelompok siswa.
c.
Sentuhan
Penguatan ini dapat diberikan dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan atau mengangkat tangan siswa layaknya pemenang pada suatu permainan. Yang perlu diperhatikan guru adalah umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya siswa, karena penguatan ini hanya sangat sesuai dan efektif bagi siswa TK atau SD (kelas I-VI). Untuk siswa yang dewasa mungkin dianggap melanggar norma susila.
Penguatan ini dapat diberikan dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan atau mengangkat tangan siswa layaknya pemenang pada suatu permainan. Yang perlu diperhatikan guru adalah umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya siswa, karena penguatan ini hanya sangat sesuai dan efektif bagi siswa TK atau SD (kelas I-VI). Untuk siswa yang dewasa mungkin dianggap melanggar norma susila.
d.
Kegiatan yang menyenangkan
Dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan siswa maka kemungkinan siswa akan mancapai suatu peluang berprestasi menjadi lebih besar. Contoh kegiatan yang menyenangkan misalnya, siswa yang berhasil terlebih dahulu menyelesaikan tugas matematika diberi kesempatan untuk mengajari teman-temannya.
Dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan siswa maka kemungkinan siswa akan mancapai suatu peluang berprestasi menjadi lebih besar. Contoh kegiatan yang menyenangkan misalnya, siswa yang berhasil terlebih dahulu menyelesaikan tugas matematika diberi kesempatan untuk mengajari teman-temannya.
e.
Pemberian simbol dan benda
Penguatan jenis ini hendaknya diberikan secara berkala. Jangan terlalu sering dilakukan agar siswa tidak memandangnya sebagai satu target dari penampilannya. Simbol penguatan dapat berupa tanda (V), komentar pada buku siswa, berbagai tanda dengan berbagai warna. Pemberian benda dapat berupa benda-benda kecil yang harganya tidak mahal tetapi menjadi bermakna bagi siswa yang menerimanya.
Penguatan jenis ini hendaknya diberikan secara berkala. Jangan terlalu sering dilakukan agar siswa tidak memandangnya sebagai satu target dari penampilannya. Simbol penguatan dapat berupa tanda (V), komentar pada buku siswa, berbagai tanda dengan berbagai warna. Pemberian benda dapat berupa benda-benda kecil yang harganya tidak mahal tetapi menjadi bermakna bagi siswa yang menerimanya.
3.
Penguatan tak penuh
Seperti namanya, pemberian penguatan tak penuh diberikan kepada siswa untuk
jawaban atau pekerjaan siswa yang hanya sebagian saja yang benar, sedangkan
sebagian lagi masih perlu diperbaiki. Usahakan agar siswa memahami kualitas
jawaban yang diberikannya agar penguatan yang diberikan menjadi bermakna.
IV.
PRINSIP PENGUATAN
Penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Untuk itu seorang tenaga pendidik harus memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan dalam memberikan penguatan agar penguatan yang diberikan bisa
berfungsi secara efektif. Julaeha dan Wardani
(2007), mengemukakan prinsip-prinsip pemberian penguatan berikut:
1.
Kehangatan dan keantusiasan
Ada berbagai cara untuk menunjukkan kehangatan dan keantusiasan oleh guru, misalnya dengan wajah yang berseri-seri, senyuman, suara yang riang penuh perhatian, atau apa saja sikap yang dapat menunjukkan kesan bahwa penguatan yang diberikan adalah sungguh-sungguh.
Ada berbagai cara untuk menunjukkan kehangatan dan keantusiasan oleh guru, misalnya dengan wajah yang berseri-seri, senyuman, suara yang riang penuh perhatian, atau apa saja sikap yang dapat menunjukkan kesan bahwa penguatan yang diberikan adalah sungguh-sungguh.
2.
Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru hendaknya bermakna bagi siswa. Dengan memberikan penguatan yang bermakna, siswa akan menjadi terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Jika guru memuji siswa karena melakukan tugasnya dengan baik, maka pujian itu hendaknya benar-benar mampu mendorong siswa untuk menyelesaikan tugasnya lebih baik lagi di masa mendatang.
Penguatan yang diberikan guru hendaknya bermakna bagi siswa. Dengan memberikan penguatan yang bermakna, siswa akan menjadi terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Jika guru memuji siswa karena melakukan tugasnya dengan baik, maka pujian itu hendaknya benar-benar mampu mendorong siswa untuk menyelesaikan tugasnya lebih baik lagi di masa mendatang.
3.
Hindari penggunaan respon
negatif
Respon negatif dapat berupa kata-kata kasar, hinaan, cercaan, dan ejekan. Jika kata-kata tersebut diucapkan guru sebagai respon terhadap hasil kerja siswa yang tidak memuaskan maka guru tersebut sebenarnya telah menghancurkan kepribadian siswa bahkan kelas yang dibimbingnya. Yang sebaiknya, jika siswa telah melakukan kesalahan atau tidak menyelesaikan tugas dengan sempurna hendaknya guru tidak meresponnya secara negatif, tetapi memberikan pemahaman kepada siswa untuk menyadari kelemahannya dan siswa menjadi terdorong untuk memperbaikinya.
Respon negatif dapat berupa kata-kata kasar, hinaan, cercaan, dan ejekan. Jika kata-kata tersebut diucapkan guru sebagai respon terhadap hasil kerja siswa yang tidak memuaskan maka guru tersebut sebenarnya telah menghancurkan kepribadian siswa bahkan kelas yang dibimbingnya. Yang sebaiknya, jika siswa telah melakukan kesalahan atau tidak menyelesaikan tugas dengan sempurna hendaknya guru tidak meresponnya secara negatif, tetapi memberikan pemahaman kepada siswa untuk menyadari kelemahannya dan siswa menjadi terdorong untuk memperbaikinya.
V.
CARA MENGGUNAKAN (PENGGUNAAN) PENGUATAN
1.
Penguatan
kepada Siswa Tertentu
Penguatan harus jelas, kepada siapa ditujukan. Sebab bila tidak jelas akan
kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih
dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
2.
Penguatan
Kelompok
Penguatan dapat diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya, apabila satu
tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas
itu untuk bermain bola voli yang menjadi kegemarannya.
3.
Pemberian
Penguatan dengan Segera
Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau
respon siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya cenderung
kurang efektif.
4.
Variasi
dalam Penggunaan
Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak
terbatas pada satu jenis saja, karena hal itu akan menimbulkan kebosanan dan
cenderung kurang efektif.
0 komentar:
Posting Komentar